Hi, There! Jadi ceritanya, saya baru pulang dari konferensi AYIMUN di Bangkok sekitar lebih dari seminggu yang lalu, 3-6 November 2018 di Prince Palace Hotel, Thailand. Pasti penasaran kan, AYIMUN itu apa, cara daftarnya gimana, dan kegiatannya apa aja.
Langsung saja, AYIMUN itu
merupakan kepanjangan dari Asia Youth International Model United Nations.
Singkatnya, sejenis MUN (Simulasi sidang PBB) tingkat Internasional yang
ditujukan khususnya bagi pemuda-pemuda Asia. Eitss, walaupun “Asia” tapi
pesertanya dari berbagai belahan dunia, lho! Ada yang dari Amerika, Eropa,
bahkan Afrika. Jadi, AYIMUN itu sejenis konferensi yang mensimulasikan sidang
PBB yang sesungguhnya. Jadi, kita dialokasikan dalam council/dewan yang terdiri
atas berbagai bidang WHO (Kesehatan), UNESCO (Pendidikan & Sains), IMO
(Maritim), IMF (Keuangan), UNWTO (Pariwisata), ILO (Buruh), FAO
(Pertanian/Makanan), LC (Hukum), dan CC (Krisis).
Jadi, di AYIMUN kita
diberikan kesempatan untuk mewakili negara-negara. Kita bertindak layaknya
diplomat negara tersebut dalam menyuarakan kepentingan/interest negara yang kita wakili di bidang/council di mana kita ditempatkan. Keren ga sih? Saya sendiri mewakili negara Azerbaijan di UNESCO yang
merupakan council terbesar dengan 202
negara (170-an hadir).
Untuk pendaftarannya
sendiri, AYIMUN terbilang mudah. Cukup mengisi form pendaftaran di https://modelunitednation.org/
kemudian menunggu sekitar beberapa hari saja sudah mendapat balasan apakah kita
diterima menjadi delegates kemudian
tinggal menyelesaikan pembayaran dan kita akan mendapatkan negara dan council yang kita inginkan. Sebelum
mengisi form pendaftaran, usahakan
kita sudah mengenal MUN itu apa dulu. Lakukanlah riset kecil tentang apa itu
MUN dan mengapa kamu tertarik. Lalu relate/hubungkan
jawaban dengan diri kamu, “For me, Model United Nations, is a platform for
youth to foray in fields they working on; to cooperate and unite ideas to solve
international issues,” Jangan memberikan jawaban yang definisional, apalagi
menyontek Wikipedia.
Sekitar dua minggu
sebelum MUN, biasanya kita akan diperintahkan untuk membuat Position paper. Position paper merupakan
tulisan sepanjang 1-2 halaman yang menjelaskan posisi negara kita terhadap
suatu permasalahan. Di position paper terdapat
pengutaraan masalah, tindakan yang sudah diambil negara terkait, dan solusi
yang diajukan berdasarkan pandangan negara yang kita wakili. Position paper ini sangat penting untuk
menentukan posisi kita dalam isu dan mempermudah kita dalam menyusun strategi
nantinya.
Di AYIMUN sendiri, pada
hari pertama kegiatan dimulai dengan Grand
Symposium di mana pematerinya adalah Pak Dino Patti Djalal, founder dari Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) yang di anak HI
sangat-sangat terkenal. Kemudian ada pula dua orang dosen dari universitas
ternama di Thailand. Simposium ini sangat insightful
dan sangat berguna untuk membuka pikiran kita mengenai isu-isu yang terjadi di
dunia ini seperti: bipolarisme politik, isu lingkungan, kesetaran gender, artificial intelligence, dan lain sebagainya. Selanjutkan juga ada
MUN 101 di mana dijelaskan secara singkat mengenai tata cara MUN. Jadi, bagi
teman-teman yang baru pertama kali mengikuti kegiatan semacam ini, tidak usah
takut! Karena panitia dengan sangat sabar akan menjelaskan MUN dari nol.
Pada hari kedua, MUN
dimulai dengan 4-5 sesi. Model United Nations terdiri dimulai dari General
Speakers List di mana beberapa negara mengajukan diri untuk membicarakan stance/isu yang mereka anggap penting
yang secara umum merepresentasikan interest
dari negara tersebut. Setelah itu dilanjutkan dengan Moderated Caucus di mana delegasi mengajukan motion/mosi untuk dibahas bersama. Unmoderated Caucus merupakan sesi selanjutnya di mana delegasi
berdiskusi dan membentuk blok sesuai dengan stance/pendirian
dan interest/kepentingan negara
secara kolektif. Selanjutnya di unmoderatec
caucus, juga dibahas mengenai working
paper di mana delegasi menyatukan ide dan mencari solusi dari permasalahan
yang ada. Working paper ini menjadi
dasar dari draft resolution di mana
delegasi menyatukan ide dalam bentuk yang lebih formal, mirip dengan resolusi
yang biasa dikeluarkan PBB.
Pada hari ketiga,
merupakan ekskursi ke berbagai destinasi di Thailand. Destinasi pertama yang
dikunjungi adalah Erawan Temple yang khas dengan patung tiga gajah. Destinasi
kedua adalah Marble temple dan
destinasi ketiga adalah Mount Golden
dengan kuil yang dapat dicapai dengan anak tangga setinggi 80 meter. Selain
itu, saya juga berkesempatan untuk mengunjungi Khaosan yaitu jalan di Thailand
di mana banyak terdapat kios kuliner, café,
dan bar.
Bila dirangkum, AYIMUN
merupakan pengalaman MUN yang sangat friendly/ramah
dan manis bagi saya. Karena AYIMUN,
saya menjadi lebih tertarik untuk mengikuti MUN lagi ke depannya. Di AYIMUN
sendiri ada enam awards: Delegasi
terbaik, most outstanding delegate, honorable mention, verbal commendation, dan position
paper terbaik. Walaupun dalam kesempatan ini saya belum berhasil
mendapatkan penghargaan apa-apa, saya merasakan pengalaman yang sangat
berharga. Saya sempat sakit dan kehilangan suara total tepat di hari saya
berangkat ke Thailand. Saya belajar untuk berusaha melakukan yang terbaik
apapun yang terjadi dan tidak usah overthinking,
lakukan saja.
Cerita pribadi: Saya mengalami cukup banyak musibah sebelum berangkat ke Bangkok. Mulai dari suara habis total tepat di hari berangkat ke Bangkok, ATM saya tertelan sehari sebelum berangkat, tertinggal pesawat, berobat yang cukup memakan biaya banyak, dan hampir kehilangan paspor dan tiket di pesawat. Dari pengalaman tersebut saya belajar untuk mendewasakan diri dan berorientasi pada solusi setiap kali menemui masalah. Tentunya juga, mengurangi sikap ceroboh ini karena ujung-ujungnya menyusahkan diri sendiri.
See you when I see you Bangkok! |
Cerita pribadi: Saya mengalami cukup banyak musibah sebelum berangkat ke Bangkok. Mulai dari suara habis total tepat di hari berangkat ke Bangkok, ATM saya tertelan sehari sebelum berangkat, tertinggal pesawat, berobat yang cukup memakan biaya banyak, dan hampir kehilangan paspor dan tiket di pesawat. Dari pengalaman tersebut saya belajar untuk mendewasakan diri dan berorientasi pada solusi setiap kali menemui masalah. Tentunya juga, mengurangi sikap ceroboh ini karena ujung-ujungnya menyusahkan diri sendiri.
Selama empat hari saya berada di Thailand, tidak banyak bedanya dengan Indonesia. Terkadang saya menemui wanita berjilbab berlalu lalang, sungai yang airnya keruh, dan kemacetan yang menjadi ciri khas negara Asia Tenggara. Satu hal yang pertama saya notice adalah bau aneh yang tidak biasa saya cium dari pembakaran daging yang tidak dijual secara umum di Indonesia. Di Thailand dijual daging babi dan serangga secara bebas - pemandangan yang tidak biasa ditemukan di Indonesia. Di Thailand, cuacanya menjadi dua kali lipat lebih panas dibanding Yogyakarta, padahal bagi sebagaian orang panas siang Yogyakarta bagai neraka bocor. Minimarket 7-11 (Seven Eleven) ada di mana-mana dan saya sangat tergantung hingga saat saya pulang ke Yogyakarta, saya merasakan minimarket di Yogyakarta tidak semenarik dan selengkap 7-11 di Thailand.
Untuk pariwisata di Thailand, ternyata tidak sebagus apa yang dilihat dan dipromosikan. Bila saya simpulkan, pemerintahnya cukup jago mem-framing tempat wisata di Thailand bagai surga yang wajib dikunjungi wisatawan. Tapi satu hal yang membedakan, di Thailand, mereka sangat 'mengurus' tempat wisata mereka. Jadi, tempat wisata memang sangat bersih dan sangat ramah untuk wisatawan asing. Mereka benar-benar menyediakan fasilitas yang diinginkan wisatawan asing seperti pasar yang menjual jajanan Thailand, tempat nongkrong, free charging site, bar, restoran yang tidak dapat ditemui semudah itu di Indonesia. Saya sendiri sering membayangkan menjadi wisatawan asing yang bingung bila berkunjung ke Indonesia.
Orang Thailand hampir sama dengan orang Indonesia. Sangat ramah! Kebanyakan dari mereka tidak dapat berbahasa Inggris, tapi mereka sangat berusaha untuk bisa berkomunikasi dengan wisatawan asing. Hal ini yang menjadikan saya sangat betah berlama-lama di Thailand. Dalam berbelanja dan berwisata, saya dilayani dengan sangat baik dan ramah oleh masyarakatnya. Oiya, orang Thailand sangat menghormati rajanya, jadi kita akan banyak melihat foto raja di mana-mana lengkap dengan altar pemujaan dan biksu yang berlalu-lalang.